BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik
analisis kimia terus dikembangkan menjadi lebih canggih dan minimalis
ukurannya. Potensiometri merupakan salah satu metode elektroanalisis yang terus
dikembangkan. Elektroda yang digunakan dalam potensiometri harus berbeda agar
dapat menimbulkan beda potensial yang dapat terukur oleh voltmeter.
Pengembangan dari teknik analisis potensiometri berawal dari penggantian
elektroda indikator dengan penggunaan dua elektroda reference. Beda potensial yang muncul pada kedua elektroda
disebabkan karena membran yang berada pada salah satu elektrodanya. Elektroda
reference yang digunakan harus bekerja berdasarkan hukum Nernst. Potensial yang
dihasilkan konstan dalam berbagai waktu dan tidak terpengaruh temperatur.
Selain itu elektroda reference yang digunakan harus reversibel dan bersifat
inert.
Elektroda
indikator yang sering digunakan adalah pH meter. Sensitifitas elektroda ini
terhadap H+ dapat dimanfaatkan untuk menentukan konsentrasi dari
suatu analit. Cara yang ditempuh dengan titrasi menggunakan titran yang sesuai dan
menggunakan elektroda indikator yang sesuai juga. Praktikum ini akan mencoba
suatu metode yang merupakan salah satu metode potensiometri yang dilakukan
secara tidak langsung atau biasa disebut titrasi potensiometri.
1.2 Tujuan
Mempelajari prinsip analisis
dengan metode titrasi potensiometri
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Material Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1 HCl
HCl atau asam klorida merupakan golongan asam
kuat. Asam ini memiliki massa molar 36,46 g/mol. Asam ini merupakan senyawa
polar yang mudah larut dalam air. Wujudnya cair, tidak berwarna, dan bau menyengat. Hal yang perlu diperhatikan
adalah sifat korosifnya terhadap jaringan tubuh dan beracun bila dikonsumsi. Asam klorida akan menimbulkan permasalahan pada sistem pernapasan,
mata, kulit, paru-paru. Jika
terjadi kecelakaan pada penggunaannya cari pertolongan medis profesional
setelah tindakan pertolongan
pertama dilakukan. Jika mengenai
mata segera siram mata dengan
air berlebih selama 15 menit,
mengangkat kelopak mata bawah dan atas
sesekali. Jika kontak dengan kulit maka
segera siram kulit dengan air mengalir selama 15 menit dan sesaat kemudian melepaskan pakaian yang terkontaminasi. Jika tertelan hubungi
pihak medis segera. Jangan memaksakan
muntah. Bilas mulut dengan air
dingin. Berikan korban 1-2 cangkir air atau
susu untuk diminum. Jika masuk ke
saluran pernafasan pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas,
berikan pernapasan buatan (Anonim,
2012).
2.1.2 NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) yang biasa disebut dengan soda api
atau soda kaustik merupakan basa kuat. Natrium hidroksida akan membentuk
larutan alkali yang kuat ketika dilarutkan dalam air. Dalam bidang industri
senyawa ini digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu, kertas,
tekstil, air minum, sabun, maupun deterjen. NaOH mempunyai massa molar 39,99
gram/mol dan berwujud kristal putih padat. Kristal NaOH bersifat mudah menyerap
air atau uap air dalam keadaan terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah
2,1 gram/cm3 pada wujud padat. Titik leleh dan titik didih dari
natrium hidroksida berturut-turut adalah 318oC dan 1390oC.
NaOH sangat larut dalam air hingga 111 gram/100 mL air pada suhu 20oC.
Tingkat kebasaan (pKb) dari senyawa ini adalah -2,43. Natrium hidroksida
tersedia dalam bentuk pellet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50 %.
Senyawa ini bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida
dari udara bebas. Senyawa ini sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan, dan senyawa ini juga larut dalam etanol dan metanol. Senyawa
ini dapat menyebabkan luka bakar pada mata yang memungkinkan menimbulkan
kebutaan atau menyebabkan kornea mata rusak. NaOH juga bisa menyebabkan luka
bakar pada kulit. Ketika tertelan senyawa ini dapat menyebabkan gangguan
perncernaan. Natrium hidroksida juga menyebabkan iritasi saluran pernapasan,
susah bernafas, dan memungkinkan terjadinya koma. Jika terkena kulit secara
terus menerus dan jangka waktu lama dapat menyebabkan dermatitis. Pertolongan
yang seharusnya diberikan adalah segera membilas mata dan kulit dengan air
bersih selama kurang lebih 15 menit. Jika terkena pakaian segera dilepas dan
diganti dengan pakaian yang bersih. Jika tertelan berikan segelas air namun
jangan berikan makanan lewat mulut sebelum ada perintah dari petugas medis.
Jika terhirup, korban dibawa ke udara terbuka dan jika tidak bernafas maka
diberikan oksigen untuk membantunya. Penyimpanannya seharusnya diletakkan pada
tempat yang tertutup agar tidak terkontaminasi dengan udara luar kemudian
diletakkan pada tempat yang sejuk dan kering (Anonim, 2012).
2.1.3 Soda Kue
Soda kue memiliki rumus molekul NaHCO3
atau biasa disebut baking soda dan sodium bicarbonate. Massa molar dari
soda kue adalah 84,01 g/mol. Padatan dari soda kue ini berwarna putih sedangkan
jila dilarutkan dalam air menjadi tidak berwarna. Potensi efek kesehatan akutnya sedikit berbahaya jika terjadi kontak
kulit (iritan), kontak mata (iritan), menelan, dari
inhalasi. Potensi efek kesehatan kronis tidak tersedia. Efek mutagenik dan efek teratogenik
tidak tersedia. Penggunaan berulang atau
berkepanjangan tidak diketahui memperburuk kondisi medis. Tindakan
pertolongan pertama jika kontak mata maka periksa dan
lepaskan jika ada lensa kontak. Jika
kasus terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang
kurangnya 15 menit. Air dingin
dapat digunakan untuk membasuhnya. Dapatkan
bantuan medis jika terjadi iritasi.
Jika mengenai kulit maka cuci dengan
sabun dan air. Tutup kulit yang teriritasi dengan yang bersifat lunak. Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang. Akibat kontak kulit serius tidak tersedia. Jika terhirup, pindahkan ke udara
segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas,
berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.
Jika tertelan jangan mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh tenaga medis. Jangan pernah memberikan
apapun melalui mulut kepada orang
di bawah sadar. Longgarkan pakaian
yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan
bantuan medis jika gejala muncul (Anonim, 2012).
2.2
Titrasi Potensiometri
Metode
elektroanalitik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
ü Potensiometri
merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst dengan cara pengukuran
potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
ü Voltametri
dan polarografi merupakan metode penelaahan komposisi larutan elektrolit encer
dengan mengalurkan kurva arus-tegangan. Voltametri adalah nama umum, sedangkan
polarografi khusus mengacu pemakaian elektroda tetes merkuri. Pada amperometri
kedua elektroda dapat terpolarisasi.
ü Coulometri
merupakan metode analisis yang meliputi pemakaian hukum elektrolisis Faraday.
ü Konduktometri
merupakan metode yang menggunakan due elektroda inert dan konduktansi
elektrolit antara kedua elektroda ini diukur.
ü Oscillometri
meruapak metode yang menggunakan sumber arus bolak-balik berfrekuensi tinggi,
perubahan konduktansi dan tetapan dialektrikum.
ü Kronopotensiometri
merupakan metode menguunakan arus yang konstan dan diketahui dilewatkan melalui
larutan, potensial terbentuk antara dua elektroda dan larutan yang diamati
sebagai fungsi waktu.
ü Pemisahan
dengan logam terkendali merupakan metode dengan bermacam spesies dapat
dipisahkan secara kuantitatif dengan oksidasi atau reduksi elektrolitik pada
suatu elektroda dengan potensial yang benar-benar terkendali (Khopkar, 1990).
Potensiometri
adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran potensial suatu
sensor atau elektroda. Dalam teknik ini suatu membran Sensor atau permukaan
sensor berfungsi sebagai setengah sel elektrokimia, yang menimbulkan potensial
yang sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau konsentrasi ion yang
dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak ada arus
melalui sel. Sel elektrokimia yang lengkap, potensial sel dapat ditentukan
dengan persamaan :
Esel = Eind
- Eref + Ej
dengan:
Esel = potensial sel
Eind = potensial elektroda indikator
Eref = potensial elektroda referensi
Ej = potensial dari liquid juntion
Sedangkan potensial dari elektroda indikator mengikuti
persamaan:
Eind =
Konstanta + 2,303RT/zF log a
dengan:
2,303RT/zF= faktor Nernst
z =
muatan dari ion
a
= aktivitas ion
(Tim Kimia Analitik, 2012).
Prinsip
potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara elektroda
indikator dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Untuk mengukur potensial
pada elektroda indikator harus digunakan elektroda standar yaitu berfungsi
sebagai pembanding yang mempunyai harga potensial tetap selama pengukuran.
Elektroda indikator ini sebagai elektroda pengukur dan elektroda yang
dicelupkan merupakan elektroda pembanding. Elektroda indikator merupakan
elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan
ditetapkan dan proses pemilihannya berdasarkan jenis senyawa yang hendak
ditentukan (Gandjar, 2007).
Potensiometri merupakan
metode analisis kimia berdasar hubungan antara potensial elektroda relatif
dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Metode ini berguna untuk
menentukan titik setara suatu titrasi secara instrumental sebagai pengganti indikator visual. Contoh,
pada titrasi asam-basa, redoks, kompleksometri, dan pengendapan. Alat yang
digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah potensiometer atau pH meter
dengan elektroda kerja dan referensi yang tercelup dalam larutan yang diukur
(Hendayana, 1994).
Proses
titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan
elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh
dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang
ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari
grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini
bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir
titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat
pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator
(Rivai, 1995).
Reaksi-reaksi
yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi pembentukan
kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi
pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan
ion terhidrasi dari larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg,
sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi
pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda
gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8.
Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat
digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7,
Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus
dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
Potensial
dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil
volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat
automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda
indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung
pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa,
elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain
yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak
nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk
titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum
semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).
Salah
satu metode potensiometri adalah potensiometri tidak langsung atau lebih
dikenal sebagai titrasi potensiometri. Dimana komponen yang akan ditentukan
konsentrasinya dtitrasi cengan titran yang sesuai dan elektroda indicator
digunakan untuk mengikuti perubahan potensial akibat titrasi. Plot antara
potensial elektroda dengan volume titrasi akan berupa kurva sigmold, dimana
titik ekivale dapat ditentukan dari kurva tersebut (Tim Kimia Analitik, 2012).
Titik
akhir titrasi dalam titrasi potensiometri dideteksi dengan menetapkan volume
pada saat terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambah
titran. Untuk titrasi yang menggunakan suatu elektroda kaca dapat digunakan
untuk semua reaksi titrimetri, misalnya asam basa, redoks, pengendapan dan
pembentukan kompleks. Titrasi ini dapat dilakukan dengan tangan, ataupun
prosedur itu diotomatiskan. Dalam titrasi tidak otomatis, potensial diukur
setelah penambahan tiap tetes berurutan dari titran dan pembacaan yang
diperoleh dari volume titran dibuat kurva titrasi. Jika digunnkan elektoda
kaca, diperlukan piranti ukur dengan impedansi masukan yang tinggi karena resistan
kaca yang tinggi. Namun sebagian besar telah menggunakan pH meter. Karena pH
meter ini digunakan secara meluas untuk semua jenis titrasi, bahkan dalam
hal-hal tertentu penggunaannya tidak diwajibkan (Underwood,1986).
Titrasi
potensiometri biasanya tidak diperlukan potensial–potensial mutlak ataupun
potensial relatif terhadap suatu separuh sel standar, dan pengukuran dilakukan
sementara titrasi berlangsung. Titik ekuivalensi reaksi akan ditunjukkan oleh
perubahan potensial e.m.f. suatu elektroda haruslah konstan potensialnya
meskipun tidak perlu diketahui, elektroda lain harus berperan sebagai indikator
perubahan konsentrasi ion dan haruslah merespons dengan cepat (Basset, 1994).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
-
Elektroda pH
-
mV/pH meter
-
Stirrer magnetik dan anak stirrernya
-
Gelas beaker 150 mL
-
Buret 50 mL
-
Botol Semprot
3.1.2 Bahan
-
Buffer pH 4 dan 7
-
Larutan HCl baku 0,1 M
-
Soda kue
-
Akuades
-
Laarutan baku NaOH 0,1 M
3.2
Skema Kerja
3.2.1
Kalibrasi pH meter
3.2.2
Standarisasi HCl
3.2.3 Penentuan Soda
Kue
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Tabel Titrasi
NaOH dengan HCl
Penambahan
1 mL HCl ke-
|
pH larutan
|
|
Pengulangan 1
|
Pengulangan 2
|
|
Awal
(0)
|
12,510
|
12,485
|
1
|
12,465
|
12,429
|
2
|
12,427
|
12,377
|
3
|
12,382
|
12,332
|
4
|
12,345
|
12,297
|
5
|
12,305
|
12,250
|
6
|
12,265
|
12,201
|
7
|
12,224
|
12,155
|
8
|
12,181
|
12,106
|
9
|
12,133
|
12,048
|
10
|
12,086
|
11,996
|
11
|
12,030
|
11,946
|
12
|
11,969
|
11,885
|
13
|
11,904
|
11,817
|
14
|
11,831
|
11,746
|
15
|
11,761
|
11,658
|
16
|
11,671
|
11,566
|
17
|
11,573
|
11,306
|
18
|
11,440
|
11,105
|
19
|
11,265
|
10,790
|
20
|
11,013
|
10,175
|
21
|
10,527
|
9,423
|
22
|
9,732
|
7.100
|
23
|
7,757
|
7,050
|
24
|
5,405
|
5,470
|
25
|
2,665
|
2,510
|
4.1.2 Tabel Titrasi Na2CO3
dengan HCl
Penambahan
1 mL HCl ke-
|
pH larutan
|
|
Pengulangan 1
|
Pengulangan 2
|
|
Awal
(0)
|
8,890
|
8,890
|
1
|
8,812
|
8,737
|
2
|
8,657
|
8,613
|
3
|
8,441
|
8,404
|
4
|
8,095
|
8,073
|
5
|
7,611
|
7,602
|
6
|
7,265
|
7,265
|
7
|
7,060
|
7,055
|
8
|
6,911
|
6,905
|
9
|
6,790
|
6,783
|
10
|
6,690
|
6,685
|
11
|
6,605
|
6,610
|
12
|
6,534
|
6,529
|
13
|
6,468
|
6,462
|
14
|
6,407
|
6,402
|
15
|
6,350
|
6,343
|
16
|
6,288
|
6,286
|
17
|
6,233
|
6,230
|
18
|
6,180
|
6,179
|
19
|
6,128
|
6,133
|
20
|
6,078
|
6,074
|
21
|
5,020
|
6,026
|
22
|
5,962
|
5,974
|
23
|
5,908
|
5,927
|
24
|
5,856
|
5,876
|
25
|
5,802
|
5,820
|
4.1.3 Kadar Na2CO3
dan NaHCO3
Na2CO3
|
73,83%
|
NaHCO3
|
58,52%
|
4.2
Pembahasan
Potensiometri
adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran potensial suatu
sensor atau elektroda. Suatu membran sensor atau permukaan sensor berfungsi sebagai
setengah sel elektrokimia yang menimbulkan potensial sebanding dengan logaritma
dari aktivitas atau konsentrasi ion yang dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada
keadaan tidak ada arus melalui sel. Potensiometri ini bekerja berdasarkan hukum
Nernst.
Prinsip
dasar dari metode potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan
dengan menggunakan elektroda dengan zerro
current. Sementara titrasi potensiometri merupakan salah satu bentuk
pengembangan dari metode ini dengan penggunaan titrasi dalam penambahan suatu
larutan.
Praktikum
kali ini adalah titrasi potensiometri. Sementara yang dilakukan dalam praktikum
ini mengkalibrasi pH meter, kemudian standarisasi HCl, dan penentuan kadar
NaHCO3 dan Na2CO3 dalam soda kue.
Titrasi
potensiometri merupakan analisis
volumetri. Analisis volumetri biasanya diperlukan
larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan satandar dengan
larutan lain yang telah diketahui pasti konsentrasinya disebut standarisasi atau membakukan. Larutan standar
adalah larutan yang diketahui konsentrasinya yang akan digunakan pada analisis
volumetri. Ada dua cara
menstandarkan larutan yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan
dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan
sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan
standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya
tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk
memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar
primer, disebut larutan standar skunder.
Sementara
tujuan dari standarisasi adalah mengetahui konsentrasi pasti dari suatu
larutan. Belum tentu konsentrasi suatu larutan akan tetap jika telah dibiarkan
dalam waktu lama. Sebagai contoh NaOH yang beersifat higroskopis atau mudah
mengikat uap air dan air sehingga jika dibiarkan terlalu lama maka
konsentrasinya akan berubah. Beberapa zat yang dapat
digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan seperti
mudah diperoleh dalam bentuk murninya, stabil, dan mudah dikeringkan atau tidak
higroskopis.
Titrasi
potensiometri pada umumnya sama seperti titrasi yang lainnya oleh karena itu reaksi yang terjadi pada titrasi potensiometri ini harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang
tidak terlalu lama. Selanjutnya, reaksi harus
sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti
dari reaktan. Reaksi harus berlangsung secara sempurna sehingga
akan memudahkan dalam penetapan konsentrasi ataupun perhitungan.
Sebelum
digunakan pH meter yang merupakan elektroda kaca bersifat sensitif terhadap ion
H+ akan dikalibrasi menggunakan larutan KCl. Proses ini bertujuan
agar skala yang ditunjukkan pada pH meter adalah benar. KCl merupakan garam
yang bermuatan netral sehingga sering digunakan untuk mengkalibrasi pH meter.
Set
alat titrasi potensiometri otomatis dirangkai sedemikian rupa sehingga
penambahan larutan HCl dapat dilakukan untuk memulai titrasi. 25 mL larutan
NaOH 0,1 M ditempatkan pada wadah yang tersedia dan ditetesi (ditambahkan) 1 mL
HCl untuk kemudian diukur pH pada tiap-tiap penambahan hingga 25 mL HCl yang
digunakan. Setiap dilakukan penambahan maka larutan dihomogenkan dengan cara
mengaduk secara otomatis menggunakan alat yang disediakan. Tujuan dari
penghomogenan ini adalah menyamakan pH disetiap bagian larutan. Hal ini karena
penambahan larutan HCl sebanyak 1 mL hanya terjadi pada sebagian bagian saja,
untuk mempercepat reaksi penggaraman dan pengukuran pH secara merata pada tiap
bagian maka dilakuakan pengadukan. pH yang ditunjukkan pada alat dicata dan
kemudian diplotkan terhadap volume HCl yang ditambahkan.
Titik
ekivalen titrasi merupakan suatu titik dengan jumlah mol titran dan titrat pada
titik tersebut adalah sama atau ekivalen. Sebagai contoh 1 mol NaOH akan
memiliki titik ekivalen jika sudah tercapat 1 mol HCl yang ditambahkan. Titik ekivalen
digunakan sebagai titik akhir titrasi dengan bantuan indikator untuk mendeteksi
titik akhir tersebut.
Jika
diplotkan pada skema standarisasi HCl didapatkan grafik
Titik
ekivaelen dari grafik tersebut dapat ditemukan dengan cara menentukan garis linearitas
sesuai dengan data yang ada. Titik ekivalen tersebut diketahui pada garis
linear yang memotoh grafik tersebut. Berdasarkan grafik di atas maka titik
ekivalennya adalah 22 mL HCl karena pada titik tersebut terjadi perpotongan.
Grafik tersebut menginformasikan bahwa pH dari larutan NaOH yang dititrasi
menggunakan larutan HCl lama kelamaan akan turun. Hal ini dikarenakan
terbentuknya garam NaCl sehingga konsentrasi NaOH menurun akibat sebagian NaOH
ternetralkan oleh asam HCl. Reaksinya adalah
NaOH
(aq) +HCl (aq) à NaCl (aq) + H2O (aq)
Penurunan
pH mula-mula terjadi sedikit demi sedikit, kemudian saat mendekati titik
ekivalen penurunan menjadi drastis. Oleh karena itu, titrasi harus dilakukan
secara hati-hati. Namun karena penggunaan mesin kesalahan dalam penambahan
titran dapat diminimalisir. Ketika titik ekivalen diketahui, maka konsentrasi
HCl dapat diketahui yaitu dengan menggunakan persamaan V1 M1
= V2 M2. Dari percobaan ini didapatkan konsentrasi
larutan HCl adalah 0,11 M.
Setelah HCl sudah diketahui
konsentrasinya, larutan tersebut digunakan untuk menitrasi Na2CO3
untuk diketahui kadarnya. Reaksi yang terjadi adalah
Na2CO3
(aq) +HCl (aq) à NaCl (aq) + NaHCO3 (aq)
Mula-mula
pH dari larutan yang terbuat dari soda kue adalah 8,8 kemudian lama kelamaan
turun. Hal ini dikarenakan basa Na2CO3 dalam soda kue
ternetralkan oleh HCl. Jika digambarkan grafik maka
Titik
ekivalen bergasarkan grafik tersebit berada pada 19 mL. Hal ini dapat diketahui
dengan perpotongan grafik dengan garis linieritas. Kurva yang dihasilkan tidak
terlalu curam seperti halnya titrasi HCl dengan NaOH halll ini dikarenakan soda
kue merupakan basa yang lemah jika dibandingkan NaOH. Dengan menggunakan
persamaan V1 M1 = V2 M2. Maka
konsentrasi Na2CO3 dapat diketahui. Namun karena yang
akan dicari adalah kadar maka diperlukan persamaan mol. Mol HCl dan mol Na2CO3
saat titik ekivalen adalah sama. Dengan demikiam dapat digunakan untuk
mengetahui berat. Kadar dihitung dengan membagi dengan massa sampel dikalikan
100%. Dari percobaan ini didapatkan kadar Na2CO3 dalam
sampel adalah 73,83%. Mol NaHCO3 juga dapat diketahui berdasarkan
persamaan reaksi. Mol NaHCO3 terhadap mol Na2CO3
adalah satu banding satu. Oleh karena ini keduanya sama. Kadar dari NaHCO3
dalam sampel adalah 58,52%.
Kesalahan yang mungkin terjadi saat
praktikum dilakukan adalah ketidakbersihan alat untuk titrasi seperti gelas
tempat sampel pada mesin pencucian yang kurang bersih dapat menyebabkan adanya
zat sisa yang menempel. Selain itu, larutan NaOH bersifat higroskopis. Jika
dibiarkan terlalu lama maka kemungkinan akan engikat uap air di udara sehingga
konsentrasinya dimungkinkan turun dari semula yaitu 0,1 M.
BAB 5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
-
Prinsip dasar titrasi potensiometri
adalah pengukuran potensial suatu larutan dengan menggunakan elektroda dengan zerro current secara titrasi.
-
Kadar Na2CO3 dalam
sampel adalah 73,83% dan kadar NaHCO3 dalam sampel sebesar 58,52%.
5.2
Saran
-
Sebaiknya pembuatan larutan dari sampel
diperhatikan betul jumlah pelarut yang ditambahkan karena akan mempengaruhi
konsentrasi.
-
Sebaiknya pencucian alat-alat yang
hendak digunakan dilakukan dengan bersih dan dikeringkan terlebih dahulu
sebeelum digunakan kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Hidrochloride Acid (http://www.scienelab.com/msds/php?
msdsld=9223456) diakses 14 April 2012 pukul 12.57 WIB.
Anonim. 2012. Sodium Hidroxyde (http://www.scienelab.com/msds/php?
msdsld=9924120) diakses 14 April 2012 pukul 12.45 WIB.
Anonim. 2012. Sodium Bicarbonate (http://www.scienelab.com/msds/php?
msdsld=9776623) diakses 14 April 2012 pukul 12.57 WIB.
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis dan Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gandjar, Gholib Ibnu. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Rivai, Harizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Tim Kimia Analtik. 2012. Penuntun Praktikum Elektroanalisis.
Jember: Universitas Jember.
Underwood, Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar